Jumat, 11 Mei 2012

Persiapan Natal


Setelah selesai kita merayakan rangkaian hari besar gereja yaitu Paskah, gereja kembali disibukkan dengan persiapan Natal yang beberapa bulan lagi akan datang. Tentunya sekitar bulan Agustus-September gereja sudah menentukan/membentuk panita. Berikut artikel tentang Natal yang ditulis Alm.Christina Mandang, sedikit kita akan bernostalgia dengan pemikirannya. Selamat membaca!

Beberapa Tradisi Natal
Asal-muasal tradisi Pohon Natal Dec 5, '07 11:48 AM

Mengapa sih kita memasang pohon natal di bulan Desember? Seringkali belum masa Advent pun, pohon natal sudah bertengger di rumah-rumah. Apa sebenarnya makna dari pohon natal tersebut? Apa pohon natal itu sekedar hiasan belaka dan telah kehilangan makna simboliknya?

Cikal bakal pohon natal yang kita kenal saat ini cukup panjang asal-usulnya. Seperti kita ketahui, perayaan Natal sendiri sebenarnya merupakan perayaan yang baru dirayakan lama setelah kelahiran Kristus karena dalam tradisi Yahudi, perayaan kelahiran bukanlah perayaan yang populer.  Dari berbagai tradisi yang ada di Eropa, akhirnya membuat kita mengenal tradisi pohon natal yang diimport ke Indonesia dengan masuknya kekristenan. Bagaimana, sih ceritanya? Nah, selamat membaca.

Perayaan musim dingin (Yule). Tradisi NorwegiaYule merupakan simbolik kelahiran dewa matahari, Mitras di hari terpendek (solastika, 21 des-22 des). Dewa matahari bertumbuh hingga hari-hari menjadi makin panjang dan hangat. Adalah biasa untuk menyalakan lilin untuk mempercepat pertumbuhan Mitras dan matahari supaya muncul di tahun mendatang.

Tanaman hijau digunakan supaya dewa matahari menjadi sembuh. Ayah dan anak laki-laki akan kembali dengan log kayu yang besar dan akan dibakar. Pesta Jerman Kuno, penanaman pohon Yule. Pestanya mulai November, selama 2 bulan.

Orang Mesir kuno memuja dewa Ra, memiliki kepala tombak (hawk) dan menggunakan matahari sebagai simbol dalam mahkotanya. Pada solstice, ketika Ra mulai sembuh dari sakit, orang Mesir mengisi rumahnya dengan tangkai palm yang melambangkan kemenangan kehidupan dari kematian.

Tradisi Romawi merayakan solastice dengan pesta Saturnalia, sebagai penghargaan bagi Saturnus, dewa pertanian. Hari terpendek berarti pertanian dan kebun buah akan menjadi hijau dan berbuah. Untuk menandai, rumah dan kuil dihiasi dengan dedaunan hijau (boughs).

Di Eropa Utara, rohaniwan Keltik Kuno juga menghias kuil mereka dengan hiasan hijau sebagai simbol kehidupan abadi. Orang Viking yang kejam di Skandinavia percaya bahwa tanaman hijau adalah tanaman khusus dari Dewa Matahari, Balder.

Penggunaan pohon Natal pertama yang dihias adalah di Riga (Latvia tahun 1510). Di awal abad ke-16, Luther menghiasi pohon natal kecil dengan lilin, untuk menunjukkan bagi anak-anak bintang yang bersinar di kegelapan malam.
Penggunaan pohon Natal semakin popular sejak abad ke-19. Ratu Victoria dan suaminya, Pangeran Albert dari Jerman, masuk Koran Illustrated London News. Dalam gambar itu  keluarga ratu sedang berdiri bersama anak-anak di sekitar pohon natal. Hal ini menjadi trend dan popular bukam hanya di Inggris namun juga di pantai timur Amerika.

Sandiwara misteri (mystery plays), populer mulai abad ke-11 di Eropa. Dimainkan di udara terbuka ataupun di gereja. Sandiwara yang terkenal adalah Paradise Play atau Sandiwara Sorga. Menceritakan tentang penciptaan Adan dan Hawa, dosa mereka dan pengusiran mereka dari taman Firdaus. Sandiwara ini berakhir dengan janji kedatangan Juruselamat dan inkarnasinya (Kej. 3:15). Sandiwara ini amat sederhana. Dekor di panggung hanyalah Pohon Firdaus, yaitu pohon cemara yang dihiasi dengan apel. Di satu bagian, Hawa mengambil buah itu, memakannya dan memberikannya kepada Adam.

Di abad ke-15, gereja melarang sandiwara misteri karena ada penyalahgunaan sandiwara dan kelakuan yang tak bermoral. Namun orang telah terbiasa dengan pohon firdaus dan membuatnya di rumah pada tanggal 24 Desember karena ini adalah perayaan Hari Adam dan Hawa (dalam tradisi Gereja Timur). Pohon Firdaus ini menyimbolkan pohon kehidupan dan dosa kita. Itulah sebabnya pohon ini dihiasi dengan apel (lambang dosa) dan wafer buatan sendiri (seperti hosti, lambang buah kehidupan). Di kemudian hari, permen juga ditambahkan sebagai hiasan.

Tradisi lain adalah mulai akhir Abad Pertengahan. Lilin besar, Lilin Natal, melambangkan Kristus adalah terang dunia, dinyalakan di Malam Natal pada tanggal 24 Desember. Di Jerman Barat, lilin kecil diletakkan di piramit kayu dan dinyalakan. Di samping lilin diletakkan bola-bola gelas, dan slingers serta Bintang Betlehem diletakan di puncaknya.

Tradisi pohon Natal di Jerman pada awal abad ke-16, muncul dari tradisi ini, paradise tree, Christmas pyramids dan terang. Paradise tree menjadi pohon natal kita. Hiasan Natal di piramit pindah ke pohon natal.

Kita diingatkan kejatuhan Adam dan Hawa tapi lebih penting lagi, mengingatkan bahwa dosa kita telah diampuni, dihapuskan dengan kematian dan kebangkitan Yesus (Gal. 3:13).

Ucapan Natal
Tradisi mengirim kartu Natal mulai sejak diproduksinya kartu Natal oleh John Calcott Horsely, ketika ia mulai mencetak kartu kecil dengan gambar dan ucapan selamat di akhir tahun 1830-an. Hal yang sama juga terjadi di Amerika oleh pencetak kartu pertama, R.H. Pease dan Louis Prang, orang Jerman yang berimigrasi ke Amerika tahun 1850. Kantor pos yang efisien di Inggris dan Amerika membuat tradisi juga makin berkembang.
Saat ini, dengan berkembangnya teknologi, ucapan Selamat Natal tidak hanya melalui pengiriman kartu (snail mail) tapi juga secara elektronik baik melalui fasilitas e-mail maupun e-greeting. Bahkan, dengan adanya sms, seringkali juga kita mengucapkan Selamat Natal melalui sms.
Bagaimanapun juga cara kita mengucapkan Selamat Natal, tidak akan ada artinya jika hanya sekedari formalitas mengucapkan Selamat Natal. Kesadaran akan arti Natal bagi kehidupan kita lebih penting daripada sekedar ucapan di mulut. Kesadaran bahwa sebagai sesama orang percaya, sesama murid Kristus, kita memiliki kewajiban untuk mengabarkan Kabar Baik bagi seluruh dunia, terutama melalui tutur kata dan perbuatan kita, bukan sekedar omong-omong basa-basi saja. Dengan demikian, ucapan selamat kita, merupakan ucapan yang tulus bagi mereka yang merayakan Natal.

Nama lain Sinterklas
Asal muasalnya adalah St. Nicholas dari Myra (di Turki), 280 AD. Ia adalah seorang kaya yang menjual seluruh hartanya menolong orang banyak. Ia menjadi pelindung anak-anak dan pelaut. Hari rayanya dirayakan pada tanggal 6 Desember. Hari ini dianggap sebagai hari keberuntungan untuk membeli sesuatu yang besar atau menikah. Di Belanda, tradisi Sinterklas dirayakan di malam hari tanggal 5 Desember di mana seluruh keluarga berkumpul dan merayakannnya dengan memberikan hadiah kejutan (surprise), diiringi pembacaan puisi yang biasanya isinya penuh humor.

Santa Claus dipopulerkan karena puisi Natal dari Pdt. Clement Clarke Moore tahun 1822, An Account of a Visit from St. Nicholas. Di tahun 181, kartunis politis Thomas Nast, menggambar ilustrasi dari puisi Moore ‘Twas the Night Before Christmas dan dari situlah muncul imago Santa Claus seperti yang kita kenal saat ini. Di Jerman dan Swiss, dikenal Christkind atau Kris Kringle yang dipercai membawa hadiah bagi anak-anak yang berkelakuan baik. Di Skandinavia, ada peri riang yang bernama Jultomten yang mengantarkan hadiah dengan kereta Natal yang ditarik kambing. Legenda Inggris menjelaskan bahwa Father Christmas mengunjungi tiap rumah di Malam Natal untuk mengisi kaus kaki anak-anak dengan hadiah. Pere Noël mengisi sepatu anak-anak di Perancis. Sedangkan di Rusia, mereka percaya bahwa seorang wanita tua, Babouschka, dengan sengaja memberikan petunjuk yang salah pada Orang Majus supaya mereka tidak menemukan Yesus. Akhirnya ia menyesal tapi tidak bisa lagi diperbaiki kesalahan tersebut. Pada tanggal 5 Desember, Babouschka mengunjungi anak-anak Rusia, meninggalkan hadiah di samping tempat tidur mereka dengan harapan bahwa salah satu dari mereka adalah bayi Yesus, dan dia akan dimaafkan. Di Itali ada cerita yang sama, yaitu La Befana. Ia adalah seorang penyihir ramah yang mengendarai sapu terbang. Ia masuk ke cerobong asap di rumah-rumah untuk mengantarkan mainan ke dalam kaus kaki anak-anak yang beruntung mendapatkan hadiah.
Itulah sekilas cerita di balik beberapa tradisi Natal yang ada di sekitar kita. Apapun tradisi rakyat yang ada, hendaknya kita tidak melupakan makna Natal yang sesungguhnya. Bahwa dengan kelahiran Kristus tersebut, kita diingatkan kembali akan keselamatan yang diberikan pada kita dan persiapan kita untuk menyambut Kristus Sang Hakim yang Agung.



Kembali pada mempersiapkan Perayaan Natal, Bengkel Liturgi dan Musik Gereja (BLMG) kembali akan mengadakan Lokakarya Natal yang akan diadakan pada tanggal 8 September 2012. Lokakarya ini membekali para panitia Natal gereja agar dapat mempersiapkan dalam bidang liturgy, khotbah dan aktivitas perayaannya. Informasi lebih jelas dapat diperoleh di BLMG STT Jakarta, Tlp.390-4237 ext.202.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar